Kamis, 24 Maret 2016

[FIRST IMPRESSION] [REVIEW] Samsung Galaxy J1 Ace J110G 4G [Indonesia]

REVIEW
Samsung Galaxy J1 Ace J110G

Desain Atraktif, Performa Minimalis



Diluncurkan pada kuartal IV 2015 di Indonesia, penerus langsung dari J1 ini adalah produk termurah Samsung yang mendukung konektivitas jaringan 4G. Ia dijual dengan harga sekitar 1.4 jutaan, cukup terjangkau bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Membawa dukungan 4G dan sejumlah penyegaran dari generasi sebelumnya. Mengingat banyaknya ponsel di harga serupa yang menawarkan spesifikasi lebih baik (seperti Xiaomi Redmi 2, Infinix Hot 2, LG Leon, Meizu M2, Smartfren Andromax R, dsb), apakah J1 Ace patut untuk dipinang?

Saya berkesempatan untuk mereviewnya secara singkat (selama beberapa jam), dan simak terus review ini untuk mengetahui isi J1 Ace berwarna biru ala salah satu karakter di film "Monster Inc." lebih lanjut.


Bagian ini unik sekali...
Tampak keseluruhan ponsel ini sebetulnya masih mirip seperti seri sebelumnya yakni J1, hanya saja sekarang di bagian bezel ada seperti tonjolan yang menurut saya menambah unsur 'lucu' dari J1 Ace dan lensa kameranya kini berbentuk bulat (sebelumnya kotak). 


Mungkin sebagian orang akan melihatnya seperti ponsel mainan, terutama dengan warna biru seperti ini. Namun saya sangat menyukainya, karena menimbulkan kesan yang jauh dari monoton, sangat berbeda dari ponsel yang orang lain genggam. Selain itu build qualitynya juga baik, membuat pikiran saya seakan diberi sugesti bahwa ponsel ini tak akan rusak sekalipun dibanting. Terakhir, bahan glossy di keseluruhan bodi ponsle cukup mengundang bekas sidik jari, namun nyaman disentuh telapak tangan.


Dimensinya termasuk kompak untuk ukuran ponsel jaman sekarang, namun tidak terasa kekecilan juga, sangat nyaman digenggam atau dioperasikan dengan satu tangan. Tombol home yang terletak di bawah layar juga terasa clicky, begitu pula tombol volume dan lock yang berada di samping ponsel.

Hanya saja, tombol kapasitif belum dilengkapi lampu sehingga kurang elegan dan ketika malam harus sedikit meraba dimana letaknya jika belum terbiasa (sebenarnya untuk saya pribadi hal ini bukanlah masalah selain mengurangi kemewahan saja).


Layar berukuran 4.3 inci 800x480 pixel yang disematkan patut mendapat acungan jempol. Ukurannya termasuk kecil untuk ponsel Android jaman sekarang, namun menurut saya 4.3 inci masih sangat nyaman untuk aktivitas sehari-hari. Biarpun resolusinya biasa saja dengan kerapatan hanya 217 ppi, namun karena menggunakan panel Super AMOLED warnanya menjadi punchy, viewing angle sempurna, dan level hitam benar-benar pekat. Melihat layar J1 Ace berlama-lama sangat menyenangkan dengan tampilan yang jernih dan berwarna-warni, terutama saat menonton video. Visibilitas di bawah cahaya matahari juga memuaskan, asal kita mengatur brightness ke posisi lebih terang (dan harus dilakukan secara manual karena tak tersedianya sensor auto brightness).

Respons touchscreen nya juga tidak ada keluhan. Pergerakannya halus, disentuh sedikit sudah merespons, dan jarang terjadi salah pilih menu atau salah ketik. Multitouchnya juga bagus dengan dukungan hingga 10 jari (sebenarnya berlebihan mengingat layar seukuran ini paling maksimal hanya bisa menampung 3-4 jari saja).




Karena ponsel 4G ini keluaran Samsung, tentu saja UI nya menggunakan TouchWiz. Tampilannya mirip dengan TouchWiz yang ada di Grand Prime, hanya saja kali ini latar belakangnya putih (di Grand Prime berlatar hitam). Secara keseluruhan TouchWiz di J1 Ace ini sangat sederhana dibandingkan seri J di atasnya, dengan absennya dukungan penggantian tema dan tampilan menu lebih simpel. UI nya sendiri minim fitur alias sangat minimalis, yang tersedia hanya fitur-fitur bawaan Android dan sedikit sekali bloatware alias aplikasi pre-installed dari pabrikan.


Versi Android yang digunakannya sangat menyedihkan, masih Kitkat 4.4.4. Versi ini sudah jarang nampak alias tidak digunakan oleh para pabrikan ponsel untuk ponsel keluaran terbarunya lagi, kecuali Samsung dengan J1 Ace ini. Berharap Samsung memberikan update softwar Lollipop untuknya? Sepertinya harapan anda tidak akan terkabul.

Sebenarnya Kitkat masih didukung oleh mayoritas aplikasi yang ada di Play Store, namun tampilan menu-menu dan transisinya sudah sangat ketinggalan dan tentunya keterlaluan jika ponsel keluaran terbaru seperti ini masih menggunakan sistem operasi versi beberapa tahun yang lampau.

Spesifikasi hardware J1 Ace juga tergolong ketinggalan zaman. Mungkin chipset Exynos 3475 yang berisi prosesor quad-core 1.3GHz dan GPU Mali-T720MP cukup memadai di harga 1.4 jutaan, namun permasalahan ada di jumlah RAM dan internal storage. RAM 768MB dan memori internal 4GB saja, sangat pas-pasan bahkan kurang untuk zaman sekarang.

Mantab sekali bukan...
Performa ketika dipakai untuk kegiatan ringan seperti browsing, mengirim pesan dengan aplikasi messenger seperti Line dan Whatsapp, serta mengakses Instagram berjalan lancar... hanya ketika aplikasi sedang dibuka. Begitu saya berpindah dari browser Chrome ke aplikasi Line untuk membalas pesan masuk, terjadi lag dan loading untuk masuk ke aplikasi yang cukup lama. Setelah aplikasi Line terbuka, barulah ponsel kembali gegas dalam mengakses menu di Line tersebut. Jujur, hal ini sangat mengganggu jika anda adalah seseorang yang sering berpindah-pindah antar sosial media.

Jika untuk sosial media saja sudah termasuk kurang lancar, lalu bagaimana jika digunakan untuk bermain games? Jawabannya adalah, tidak masalah selama game yang dimainkan tak terlalu berat seperti Subway Surfers atau Temple Run 2 yang sangat lancar, Clash of Clans juga berjalan tanpa hambatan, dan berbagai macam games ringan namun seru yang bisa anda dapatkan di Google Play Store. Satu lagi, ponsel tak terasa panas meski diberi beban kerja yang berat dan ini adalah hal positif yang mengundang kenyamanan saat memakainya berlama-lama.

Angka benchmark yang diraih di Antutu Benchmark mencapai 20.000an, cukup baik (patut diingat, hasil benchmark tidak menentukan performa di situasi pemakaian yang sebenarnya). Kelengkapan sensor juga minimalis, dengan hanya adanya sensor Proximity, Accelerometer, dan suara.


Di sektor kamera, J1 Ace dipersenjatai lensa 5MP Autofokus dengan bantuan LED flash di belakang, dan 2MP di depan. Tampilan aplikasi kameranya simpel dan mudah digunakan, dan dilengkapi pengaturan standar. Oiya, mode HDR absen dari aplikasi kamera bawaan ini.



Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena tidak dapat menyajikan hasil kamera saat outdoor, dikarenakan keterbatasan waktu sehingga tak sempat mengambil contoh hasil kamera di luar ruangan yang bagus.

Di keadaan dalam ruang dengan cahaya cukup, hasilnya tak begitu bagus. Noise terasa disamarkan dengan bantuan software sehingga detail pada gambar menjadi kurang. Warna pada hasil foto cenderung sedikit pucat, namun beruntung tone warnanya netral. Di saat seperti ini, autofokus bekerja cukup baik walaupun tidak cepat dan shutter speed juga biasa saja.




Memotret di jarak yang dekat (sekitar 10-15 cm dari objek), hasilnya sedikit lebih baik di sektor detail. Detailnya lebih baik namun tetap saja terlihat ada olahan pengurangan noise sehingga sedikit kurang tajam. Performa autofokus lumayan akurat namun cukup lambat dalam mengambil fokus objek. Efek blur yang dihasilkan biasa saja, tidak bagus namun tidak jelek juga. Shutter speed bekerja sedikit lambat pada keadaan ini.


Kamera depan 2MP nya bekerja cukup baik. Warnanya sedikit pucat, namun performanya lumayan cepat dan hasilnya juga lumayan tajam serta natural (tanpa efek soft) untuk ukuran sebuah kamera depan. Sebagai catatan, lensanya belum mengadopsi wide angle sehingga kurang cocok dipakai selfie beramai-ramai.

Urusan multimedia, J1 Ace tergolong standar. Pemutar musiknya mengandalkan Google Play Music yang menurut saya kurang nyaman dipakai. Suara dari speaker di samping kamera belakang termasuk standar dengan suara yang kurang kuat namun nyaman didengar karena tidak cempreng seperti ponsel Tiongkok kebanyakan. Menggunakan earphone bawaan juga cukup baik, walaupun level bass tidak terlalu kuat tetapi untuk ukuran earphone bawaan ponsel performanya sudah nyaman untuk digunakan mendengarkan lagu/bertelepon dalam aktivitas sehari-hari. Video mendukung pemutaran hingga 1080p, hanya saja jika anda menonton video via YouTube maka resolusi yang didukung hanya 360p saja (padahal layarnya sendiri 480p).

Jaringan yang sudah support 4G LTE menjadi nilai utama dari J1 Ace ini. Bukan hanya itu saja, namun 4G nya sudah mendukung semua jaringan operator di Indonesia (dari Indosat, Tri, Telkomsel, XL, hingga Bolt dan Smartfren yang jarang didukung oleh ponsel 4G lainnya). Penangkapan sinyalnya tidak ada masalah, begitu juga kualitas suara dan penerimaan yang lancar ketika digunakan bertelepon.


Baterai 1900mAh mungkin tergolong kecil untuk ponsel jaman sekarang, tetapi mengingat ia menggunakan layar AMOLED yang hemat daya dan spesifikasi tak terlalu tinggi, kapasitas ini menjadi cukup untuk menemani anda seharian jika tak terlalu sering digunakan untuk aktivitas berat. Aktivitas sosial media dan browsing yang intens akan menghabiskan baterai dalam 10-12 jam dengan screen-on-time berkisar antara 4.5 jam. Buat saya, ini sudah cukup baik untuk ukuran konsumsi baterai ponsel Android murah. Waktu pengecasan menggunakan charger 1A memakan waktu kurang lebih 2 jam, wajar untuk sebuah ponsel yang belum dilengkapi teknologi fast charging.

Kesimpulannya, ia hanya cocok dibeli oleh :
1, orang yang menyukai model nyentriknya, 
2, orang yang menyukai layar AMOLED (seperti saya), 
3, orang yang mementingkan aftersales service karena Samsung masih memegang predikat pabrikan dengan layanan purnajual sangat memuaskan, 
Dan terakhir adalah orang yang hanya tahu sebuah merk ponsel Android yaitu Samsung. 

Bila anda tak merasa dari 4 golongan di atas, sebaiknya memilih kompetitornya saja dikarenakan spesifikasi yang ditawarkan jauh lebih baik dari apa yang dimiliki J1 Ace. Sebenarnya apa yang ditawarkan J1 Ace ini sudah bagus terutama dari kenyamanan layar dan pengoperasian simpel, hanya saja jumlah RAM dan versi Android menjadi penghancur dari segala nilai plus pada ponsel murah Samsung ini.

*Foto dan tulisan di atas murni sepenuhnya hasil karya penulis. Mohon untuk mencantumkan link sumber artikel jika ingin memuatnya di media lain.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Teknologi

Resources

Travel